Demikianlah contoh naskah drama anak durhaka untuk five orang yang bisa kalian praktekkan di sekolahan atau di acara-acara tertentu. Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua dan dapat diambil pelajarannya. Wassalamualaikum warahmatullahi wa baraakatuh. (Abu Zaid)
(Suasana ruang kelas berubah menjadi gaduh karena setiap siswa mengeluh tentang diadakannya ulangan mendadak ini)
Suasana sekolah kini semakin antusias, perihal persiapan ujian kenaikan kelas. Terutama kelas XII IPA 2 yang didalamnya terdapat sang juara sekolah yang senantiasa terus bersinar.
Dian: Hmm, tidak mungkin Dika kesiangan terus menerus, dia kan anak rajin selalu bangun sebelum azan subuh. Jangan-jangan Dika sedang ada masalah tetapi dia tidak ingin menceritakan pada kita?
Sam : Sebaiknya tentang animal abuse saja, karena aku yakin sudah banyak kelompok lain yang mengangkat tema international warming.
Tak lama kemudian dua orang bapak kembali sambil memikul kayu bakar dan sayur-mayur yang mereka dapatkan tumbuh bebas di sekitar hutan mereka tinggal.
Drama identik sebagai media untuk memberikan pesan ethical mengenai suatu hal, sehingga tema pada drama cukup beragam.
Fina: “Aku juga ingin diajarkan membuat puisi yang bagus supaya nanti jika ada ujian sastra aku tidak kesulitan.”
Perang sengit pun terjadi. Warga pribumi mengerahkan seluruh tenaganya untuk melawan penjajah-penjajah Belanda yang juga tak mau kalah. Suara tembakan senapan terdengar di udara. Senjata canggih dan bamboo runcing berpacu dalam satu waktu. Siapa yang menang..
Ardi: “Aku tahu kamu adalah juara kelas. Tetapi dari tadi aku perhatikan wajahmu tampak bimbang, naskah drama seperti angin ribut. Coba lihat mereka! Bersorak-sorak gembira! Mereka telah berhasil merebut kemenangan dalam kenaikan kelas ini meskipun tidak menjadi juara seperti kau!”
Tak heran lagi, hutan itu sudah bagaikan desa bagi mereka, meskipun jauh dari peradabaan, mereka bersyukur, karena sampai saat ini belum ada penjajah yang mampu menemui mereka karena letaknya yang terpencil.
Ibu: “Apa yang diucapkan adikmu Anwar itu benar, Ratih. Pertanyaannya wajar. Dia bertanya tepat pada waktunya, yaitu pada saat para romusha pulang ke desa masing-masing dan ayah kalian seharusnya berada bersama mereka.”
Ternyata Allah mentakdirkan ayah Raisa tertembak tepat di bagian belakang kepala. Ayah Raisa pun meninggal di tempat sedangkan uang yang ia peroleh sirna dibawa kabur para perampok.
Guru: “Bapak minta kalian berdua jujur kepada bapak. Kenapa tugas kalian bisa sama persis, bahkan titik dan komanya juga.”